SEJARAH PEMBANGUNAN AMPERA ( AMANAT PENDERITAAN RAKYAT ) - TERTAWA DAN MENAGIS

Tuesday, 24 March 2020

SEJARAH PEMBANGUNAN AMPERA ( AMANAT PENDERITAAN RAKYAT )

SEJARAH PEMBANGUNAN AMPERA ( AMANAT PENDERITAAN RAKYAT )

Jembatan  yang memiliki panjang 1.177 meter  dan lebar 22 m ini adalah jembatan sungai terpanjang di Sumatera, yang membelah Palembang menjadi dua bagian. Tinggi jembatan Ampera adalah 11,5 meter di atas permukaan air, sedangkan tinggi menara mencapai 63 meter dari tanah, dengan jarak antar menara sekitar 75 meter, dan berat jembatan berkisar 944 ton

sejarah jembatan ini  dibangun pada tahun 1962, dengan biaya pembangunan yang diambil dari perampasan perang Jepang. Jembatan ini awalnya sempat diberi nama Jembatan Soekarno, sebagai bentuk penghormatan kepada jasa Presiden Soekarno saat itu. Namun, presiden Soekarno kurang berkenan, karena tidak ingin menimbulkan tendensi individu tertentu.

Dari alasan tersebut nama jembatan kemudian disamakan dengan slogan bangsa Indonesia pada tahun 1960 yaitu Amanat Penderitaan Rakyat atau disingkat Ampera, Jembatan ini memang menjadi bagian sejarah perjalalan Indonesia.

Di bawah Jembatan Ampera membentang Sungai terpanjang di Pulau Sumatera yaitu  Sungai Musi, Sungai sepanjang 750 kilometer dengan lebar 300 meter hingga 2,1 km menjadi urat nadi kehidupan dan berperan penting bagi perekonomian masyarakat Sumatera Selatan.
Selain memiliki nilai sejarah, sungai ini terkenal sebagai sarana transportasi utama bagi masyarakat Sumatera Selatan.

Sungai Musi disebut juga Batanghari Sembilan yang berarti sembilan sungai besar. Pengertian sembilan sungai besar adalah Sungai Musi beserta delapan sungai besar yang bermuara di sungai Musi. Adapun delapan sungai tersebut adalah :

  1. Sungai Komering
  2. Sungai Rawas
  3. Sungai Leko,
  4. Sungai Lakitan
  5. Sungai Kelingi,
  6. Sungai Lematang
  7. Sungai Semangus
  8. dan Sungai Ogan
Jembatan Ampera merupakan penghubung kawasan hulu dan hilir, jembatan ini sangatlah membantu kelancaran transportasi. Jembatan ini dikenal diseluruh Indonesia jadi wajar apabila jembatan ini sangat dibanggakan oleh masyarakat Palembang. 


Pada awalnya, bagian tengah dan bagian belakang dan bagian depan badan jembatan ini bisa diangkat ke atas agar tiang kapal yang lewat dibawahnya tidak tersangkut badan jembatan. Bagian tengah jembatan dapat diangkat dengan peralatan mekanis, dua bandul pemberat masing-masing sekitar 500 ton di dua menaranya. Kecepatan pengangkatannya sekitar 10 meter per menit dengan total waktu yang diperlukan untuk mengangkat penuh jembatan selama 30 menit.

Pada saat bagian tengah jembatan diangkat, kapal dengan ukuran lebar 60 meter dan dengan tinggi maksimum 44,50 meter, bisa lewat mengarungi Sungai Musi. Bila bagian tengah jembatan ini tidak diangkat, tinggi kapal maksimum yang bisa lewat di bawah Jembatan Ampera hanya sembilan meter dari permukaan air sungai.

Sejak tahun 1970, aktivitas turun naik bagian tengah jembatan ini sudah tidak dilakukan lagi. Alasannya, waktu yang digunakan untuk mengangkat jembatan ini dianggap mengganggu arus lalu lintas di atasnya.

Pada tahun 1990, kedua bandul pemberat di menara jembatan ini diturunkan untuk menghindari jatuhnya kedua beban pemberat ini