Hari
ini aku begitu terpuruk,dalam diam. Menahan semua rasa dan emosi.
Menahan serta mencoba bertahan dengan semua beban yang menghimpit. Entah
mengapa, hari ini tak seperti biasanya. Seperti bukan diriku yang
selama ini kukenal. Aku merasa diri ini begitu berkecil hati, seaakan
diri ini memulai aksi unjuk rasanya, menentang semua rutinitas yang
selama ini kulakukan. Semua rutinitas yang selama ini aku bangun dengan
keoptimisan. Meski tak memungkiri terkadang hati ini mendengus kesal,
mencibir dan mengumpat betapa menyedihkannya hidup ini.
Namun
semua rasa itu hanya kupendam, kupendam dan kukubur rapat-rapat. Aku
tak mau ada orang yang tahu, aku tak mau ada orang yang merasa hidup ini
begitu menyedihkan.
Aku percaya hidup ini begitu indah, semua nikmat dari Allah tercurah padaku. Seaakan tak ada habis-habisnya Ia menurunkan karunia dan rahmatnya. Namun diri ini begitu kerdil, menganggap besar suatu masalah yang kecil. Mendengus, dan hanya menggerutu betapa sulit dan besarnya beban hidupku. Hari ini, aku merasa begitu lemah, terbesit sebuah pertanyaan
Aku percaya hidup ini begitu indah, semua nikmat dari Allah tercurah padaku. Seaakan tak ada habis-habisnya Ia menurunkan karunia dan rahmatnya. Namun diri ini begitu kerdil, menganggap besar suatu masalah yang kecil. Mendengus, dan hanya menggerutu betapa sulit dan besarnya beban hidupku. Hari ini, aku merasa begitu lemah, terbesit sebuah pertanyaan
inikah titik lemahku? Inikah titik terendahku?Titik di mana aku mulai mengenal sebuah kata pesimis?
Ya Allah, bantu aku... Sungguh aku tak mau mengenal kata itu. Aku ingin terus bertahan! Aku ingin tetap berjuang di jalan ini!
Ya Allah, sungguh berilah diri ini kekuatan untuk tidak hanya sekedar menggerutu meski hanya sekejap, meski hanya terbesit di hati yang terdalam.
Ya Allah, biarlah hati ini yang menatanya, biarlah mulut ini terkunci untuk mengatakan sebuah kritik dan gerutu yang hanya berharap semua kan menjadi lebih mudah tanpa ada aksi yang nyata.
Biarlah mulut ini tetap terkunci agar ia tak menyalahkan keadaan, agar ia tetap menatap jauh bahwa ia pasti mampu menghadapinya.
Biarlah hanya telinga ini yang mendengar, kala semua orang mulai menggerutukan nasib dan hidupnya. Kala semua mulai menyalahkan takdir yang telah Engkau gariskan.
Biarlah hanya telinga ini yang bekerja, mendengar lalu beristigfar...
mangcekdidin
Membalas
semua gerutu mereka dengan senyum keoptimisan, sebuah senyum
penyemangat bahwa Engkau sungguh Maha Bijaksana telah menempatkan pada
posisi yang sulit...Ya Allah, sungguh berilah diri ini kekuatan untuk tidak hanya sekedar menggerutu meski hanya sekejap, meski hanya terbesit di hati yang terdalam.
Ya Allah, biarlah hati ini yang menatanya, biarlah mulut ini terkunci untuk mengatakan sebuah kritik dan gerutu yang hanya berharap semua kan menjadi lebih mudah tanpa ada aksi yang nyata.
Biarlah mulut ini tetap terkunci agar ia tak menyalahkan keadaan, agar ia tetap menatap jauh bahwa ia pasti mampu menghadapinya.
Biarlah hanya telinga ini yang mendengar, kala semua orang mulai menggerutukan nasib dan hidupnya. Kala semua mulai menyalahkan takdir yang telah Engkau gariskan.
Biarlah hanya telinga ini yang bekerja, mendengar lalu beristigfar...
mangcekdidin
Hingga
pada akhirnya nanti aku kan tumbuh menjadi seseorang yang lebih baik
lagi, lebih bermanfaat dan lebih tangguh dari aku hari ini